MASIGIT SELA.
Dilihat dari kejauhan memang tidak mirip
sebuah masjid namun setelah kita menghampirinya lebih dekat lagi Nampak seperti
paimbaran mesjid bahkan ada batu penyangga atap guha mirip bangunan paimbaran tempat imam, maka gua yang terletak
di bagian utara Pulo Santolo ini biasa disebut Masjid Batu. Tapi juga biasa
disebut Masjid Sela, karena gua ini berada disela-sela batu dinding Pulo yang
berlubang memenjang kira kira 100meter, namun yang bisa dipakai berteduh kala
hujan turun hanya lebar kedalam kurang
lebih 3 meter. Tapi gua itu punya nama asli Gua Masigit Sela. Ruang di dalamnya
mirip Paimbaran/ ruang imam sebuah mesjid, masjid yang dihiasi banyak stalaktit
yang bermotif sangat Unique.
Terlepas dari anggapan gua itu
sebuah masjid, gua yang sudah berumur ratusan tahun tersebut hingga kini
terkenal dengan nama Gua Masigit Sela. Kini gua itu dijadikan salah satu objek
wisata spiritual.
Pada hari-hari tertentu, misalnya
Jumat Kliwon, Selasa Kliwon dan juga pada hari-hari besar Islam, gua itu banyak
dikunjungi orang dari berbagai daerah. Tujuan mereka jelas ngalap berkah dan
menenangkan diri setelah dihadapkan pada ruwetnya permasalahan hidup. Biasanya,
pengunjung mempunyai keinginan tertentu menginap selama beberapa hari di Gua
Masigit Sela hingga mendapatkan suatu petunjuk yang menggembirakan berkaitan
dengan keinginannya. Bila demikian, maka mereka akan memperpanjang lagi ngalap
berkahnya, karena mereka merasa optimis suatu saat upayanya akan mendapatkan
berkah dari yang Maha Kuasa, meski upayanya baru didapatkan pada hari-hari
berikutnya.
Diakui salah seorang juru kunci Gua
Masigit Sela, tidak semua pengunjung bisa langsung mendapatkan wangsit selama
melaksanakan laku tirakatan di gua tersebut, meski sudah mencapai 40 hari.
Namun dengan modal keyakinan permintaannya akan dikabulkan setelah mereka
kembali ke kampung halamannya, mereka tetap nekad pulang dengan tangan hampa.
Hal itu diakui sejumlah pengunjung yang kini telah meraih sukses usahanya.
Ngalap berkah di Gua Masigit Sela Pulo
Santolo, diketahui hingga kini tidak ada tuntunannya yang baku. Pengunjung
tetap bebas melakukan laku tirakatan sesuai dengan kemauannya, atau mengikuti
suatu aturan tertentu juru kunci yang mereka tunjuk. Karena di Gua Masigit Sela
tidak mengenal satu juru kunci.
Sehingga dalam proses ngalap berkah
di Gua Masigit Sela terkadang terjadi suatu perpaduan antara yang mengandung
unsur klenik dan agamis. Kendati demikian, akibat maraknya pengunjung yang
mendatangi gua tersebut, maka di dalam gua tersebut banyak ditemui pedupan
(suatu gundukan dari hasil bakar kemenyan). Salah satunya di sekitar pilar penyangga gua yang mirip paimbaran,
disebelah timurnya ada jembatan sisa peninggalan jaman belanda yang
menyambungkan Pulo Santolo dengan Pantai Sayang heulang, dibawahnya ada curugan air laut yang kembali lagi ke air sungai cilaut eureun,tempat yang sangat sakral dipercayai orang bahwa kalau mandi di air curugan itu akan bisa mengobati segala mcam penyakit lahir maupun bathin.Di Pantai Sayang
heulang ada sebuah bukit, dibukit tersebut Terdapat Makam Seorang tokoh dari
kerajaan Sumedang larang yaitu Prabu Geusan Ulun.
Konon Prabu Siliwangi Sebelum pergi
ngaHyang kealam KaHyangan Beliau menitipkan/memberikan Mahkota kerajaan
Pajajaran berikut sebagian Harta milik kerajaan. Setelah kepergian Prabu
Siliwangi, Prabu Gesan Ulun tahu bahwa Prabu Siliwangi ngaHyang pergi membawa
Istana berikut segala isinya di pindahakan keaalam kaHyangan konon istana Pajajaran dibawa tilem atau ngHyang ke
daerah selatan kabupaten Garut kesebuah kawasan Hutan Sancang/leuweung
Sancang,maka Maka Prabu Gesan Ulun pun memilih pergi beristirahat menjadi
pertapa di Masigit sela, dan konon Prabu Geusan ulun menimbun Harta dan mahkota serta perlengkapan kerajaan di Pulo Santolo itu. Karena sodong-sodong atau sela-sela batu itu dipakai tempat
beribadah terutama melakukan ibadah sholat,dan sejak itulah sodong itu
dinamakan Masigit Sela hingga sekarang.
Prabu Geusan Ulun hingga akhir
hayatnya menetap di kawasan itu dan disemayamkan di bukit Sayang Heulang.
Makam Prabu Geusan Ulun oleh
masyarakat sekitar dan para pengunjung Dijadikan sebuah tempat keramat yaitu
tempat untuk mencari berkat dengan melakukan do’a/ permohonan terhadap Alloh
Subhawahuwata’ala.