GALUH PAKUAN DAN PAJAJARAN SEBAGAI KERAJAN
DI TANAH PASUNDAN
Diceritakan yang menjadi ratu
di Negara Galuh ialah Prabu Wangi alias Niskala Wastu Kencana Berjaya sekitar
tahun 1357-1461. Prabu wangi digantikan oleh sang Pangeran sebagai anaknya Prabu Wangi yaitu
Prabu dewa niskala pada tahun 1461-1468, dengan bergelar sebagai raja SILIWANGI
ke satu dinamakan prabu Siliwangi kesatu karena menurut Bahasa sunda (Kusabab
Prabu niskala teh nga gentos ramana anu jenengan Wangi, upami kitu Prabu
Niskala teh tiasa disebut panyilih Prabu Wangi,tah kusabab panyilih disebut weh
Prabu Silihwangi, akhirna kakocap kurahayat jadi Prabu Siliwangi kecap silih
jadi kecap sili hurup H na leungit). Dalam bahasa Indonesia Kira-kira
begini”Sebab Prabu Niskala menggantikan bapak nya yaitu Prabu Wangi dengan
sebab itu Prabu Niskala bisa di sebut pengganti atau menggantikan Prabu Wangi. Akhinya tenar dimasyarakat
sebagai pengganti Prabu Wangi yaitu
dengan bahasa sunda panyilih Prabu Wangi (pengganti wangi- panyilih wangi)red,
maka disebutlah Prabu SILIWANGI ke satu , karena menggantikan Prabu Wangi”.
Pada tahun 1468 Prabu Dewa
Niskala atau PRABU SILIWANGI ke satu, digantikan oleh anaknya yang bernama Prabu Jaya Dewata menjadi Prabu SILIWANGI ke
2, sampai pada tahun 1507, menurut sejarah Cirebon dikutip dari kitab Purwaka Caruban Nagari 3* Prabu Jaya Dewata
sejak kecil sudah menjadi raja di kerajaan kecil kerajaan Sindang Kasih
sekarang Majalengka, pada waktu itu yang menjadi raja Galuh adalah kakeknya
yaitu Prabu Niskala Wastu kencana alias Prabu Wangi sebelum Prabu SILIWANGI.
Pada suatu hari Jaya Dewata
alias PRABU SILIWANGI ke2. Mendapat kabar bahwa di karawang ada sebuah pesatren
yang menyebarkan Agama Islam, akhirnya sang prabu mendatangi pesantren tersebut,
dengan tujuan hendak mencari tahu bagaiman keadan dipesantern tersebut, setelah
sampai di Pesantren Prabu Jaya Dewata melihat santri wanita yang berparas
cantik yaitu Subang Larang putrinya Raja Mangku Bumi dari kerajaan kecil yaitu
kerajaan Singapura, sekarang Kertasinga. Dan singkat cerita Subanglarang
dijadikan permeswari dan dikaruniai 3 anak:
1.
Pangeran Walang Sungsang,
2.
Ratu Rara
Santang,
3.
Raja Sangara.
Karena anak-anaknya selalu
dekat dengan ibunya Subanglarang maka tidak heran ketiga anaknya itu dididik
dengan pengajaran Agama Islam.
Pada tahun 1441 Subanglarang
meninggal/wafat, ketiga anaknya memohon pada sang Ayahanda agar mau masuk Agama
Islam, Namun Prabu Siliwangi Jaya Dewata menolak dengan alasan tidak mau
meninggalkan agama leluhurnya. Akhirnya Walang Sungsang pergi secara diam-diam
meninggalkan keraton/Istana,dan pada
perjalanannya Pangeran Walangsungsang tidak mempunyai tujuan hingga
sampailah dia kesuatu tempat di bukit gunung Mara sekarang CIAMIS, disitu dia
bertemu dengan seorang biksu Budha dan ditikahkan dengan puteri biksu itu,
kemudian Ratu Lara Santang menyusul dari Pakuan. Pangeran Walang Sungsan dengan
isterinya juga Ratu Lara Santang pergi
mengembara disuruh oleh sang mertua harus menuju kedaerah utara dan tibalah
disuatu Bukit Namanya Bukit Gunung Jati, disitulah mereka belajar ilmu Agama
Islam kepada Syekh Nurjati. Di situ walang sungsang dan isterinya tinggal di
rumah seorang Kuwu yaitu Kuwu Gedeng
Alang-alang sedangkan Ratu Lara santang tinggal di Rumah Syekh Nurjati, setelah
kuwu Gedeng Alang-alang wafat Wlang sungsang disuruh menjadi kuwu menggantikan
ki Gedeng, akhirnya Walang Sungsang menjadi Kuwu dengan memakai nama Cakrabuana
isterina memakai nama Sri Mangana. Pada suatu ketika Walang Sungsang dan
isterinya juga Rara santang diutus oleh
Syekh nurjati untuk memperdalam ilmu Agama ketanah suci Mekah sekaligus untuk
menunaikan ibadah haji. Dimekah mereka ketemu dengan patih kerajaan mesir yang
mana patih itu diutus oleh Raja mesir yang bernama Syarif Abdullah untuk
mencari seorang perempuan yang wajahnya mirip dengan isteri raja almarhumah,
karena Lara santang wajahnya mirip isteri raja yang meninggal maka dibawalah
Mereka kehadapan raja mesir dan akhirnya Ratu Lara Santang menjadi Prameswari Raja
Syarip Abdullah yaitu raja mesir, dari hasil pernikahannya dikaruniai dua orang putra yaitu Kesatu Syarif
Hidayatulloh dan yang kedua Syarip Nurulloh Raja Syarip Abdullah wafat waktu
anak-anaknya masih kecil, pada umur 20 tahun Syarip hidayatulloh mau di jadikan raja namun menolak karena
ingin mencari ilmu ke tanah suci dan pada akhirnya menyiarkan Agama Islam, sedangkan
kerajaan di serahkan kepada adiknya Syarip Nurulloh. Di mekah ketemu dengan
seorang ‘Ulama yaitu Syekh Attaullohi Sajali dan menimba ilmu pada syekh
Attaullohi, dan meneruskan mencari ilmu
nya ke Bagdad, di Bagdad beliau menimba ilmu Tashauf.
Dan setelah menimba Ilmu Agama,Syarip
hidayatulloh pergi ke tanah Jawa, sebelum sampai ditanah Jawa singgah dulu di
Gujarat dan mencari ilmu Agama lagi satu tahun dan singah lagi di Pasai
sekarang Aceh juga mencari ilmu Agama lagi hingga dua tahun, dari Pasai pergi
ke Banten dari Banten berjalan ketimur hingga samapai ke Cirebon dan menemui kuwu
Cakra Buana Uwanya, dan disitulah dibikinkan rumah oleh syekh Nur Jati di
Sembung Jati, hingga menjadi tenar dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Syarip
Hidayatulloh tak mau berhenti terus menerus menyebarkan agama Islam Hingga
keseluruh peloksok tanah jawa juga bukan pulo Jawa saja yang menjadi
sasarannya tetapi hinnga ke daerah Sanghai atau Tiongkok daratan China. Hingga
mendapat Istri seorang Puteri dari Raja tiongkok.
Syrip Hidayatulloh mempunyai
banyak Isteri diantaranya :
1.
Nyai Ratu Kawung
Anten mendapat dua anak yaitu: 1. Ratu Wanon, 2.Pangeran Sabakingkin alias
Hasanudin yang menjadi Sultan Banten pertama.
2.
Nyai tepasan
mendapat dua putera yaitu:1.Ratu Ayu yang menjadi isteri Faletehan, 2.Pangeran
Pasarean yang nantinya menggantikan ayahandanya.
3.
Nyai Lara Bagdad
mendapat dua putera yaitu: 1.Pangeran Jaya kelana, 2.Pangeran Brata Kelana(Gung
anom).
4.
Nyai Babadan.
5.
Nyai Puteri Ong
Tien.
6.
Nyai Mas
Pakungwati (Padmi).
Penyebaran Islam di daerah
Cirebon dan sekitar Galuh sangat pesat
apalagi setelah Cirebon memisahkan diri dari Galuh Pakuan, menjadi
Negara yang mandiri yang dipimpin olleh Raja Pandita Syarip Hidayatulloh alias
Sunan Gunung Jati .
Dengan semakin pesatnya
penyebaran Agama Islam oleh Sunan Gunung Jati hingga menjadi kekhawatiran bagi
Sang Kakek Prabu Siliwangi Ke 2, dan untuk mempertahankan Kepercayaannya
memeluk Agama Hindu Prabu Siliwangi pada tahun1507berpindah kesebelah barat dan
mendirikan Kerajaan baru yaitu PAJAJARAN tepatnya Bogor istnanya sekarang
menjadi kebun Raya Bogor. Sedangkan di Galuh Pakuan diteruskan oleh Pangeran
Surawisesa anak dari Nyai Ratu Kentring manik dan berkuasa dari tahun 1507-1521.
Pajajaran setelah berdiri
cepat menjadi besar dibawah kepemimpinan Prabu Jaya Dewata, kekuasaanya hampir keseluruh wilayah Priangan, kecuali
pesisir utara dan derah Galuh. Untuk menangkis serangan Islam yang di pimpin
oleh Cucunya sendiri.
Pajajaran memanfaatkan kedatangan orang
Portugis yang sebelumnya sudah berada di Malaka, dengan menjalin kerjasama
perdagangan pada tahun 1512 raja sunda yaiyu Prabu Jaya Dewata mendatangi
PORTUGIS di Malaka dan pada waktu Portugis dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque,
dan dikukuhkan lagi padathun 1521 yang diwakili oleh puteranya Prabu Jaya
Dewata yaitu Prabu seda yang menjadi Prabu Siliwangi ketiga, sementara Portugis
kepeminpinannya sudah diganti oleh George d’albuquerque. Dan pada tahun 1523
Portugis datang ke Pajajaran dan membawa hadiah berupa tugu dari batu.
Diceritakan pada tahun 1521
Portugis menyerang Pasai (Aceh)Raja
putera yang bernama Fadilah khan Alias Faletehan pergi kemekah hendak meminta
bantuan kepada Raja Mekah sekalian beribadah Haji, dari mekah ditus ke Demak
untuk minta bantuan yang lebih dekat jaraknya, Demak saat itu sudah menjadi
Negara Islam dan di pimpin oleh Sultan Trenggono, di Demak Faletehan diangkat
mejadi panglima kesultanan Demak dan dinikahkan kepada adiknya Sultan Trenggono
Yaitu Nyai Ratu Pulung.
Pada tahun1526 Faletehan
diutus oleh Sultan Trenggono untuk menyerang Fortugis yang membantu Pajajaran yang
berada di Banten, Faletehan berangkat ke Banten
dan membawa pasukan sebanyak 1864 orang, sebelum sampai di Banten
bersinggah di Cirebon untuk menemui titah Sultan Trenggono agar menemui dulu
Syarif Hidayatulloh di Gunung Jati. Pada
tahun itu 1526 Banten yang menjadi wilayah utama Pajajaran direbut oleh Pasukan
Fatahilah yang dibantu oleh Hasanudin Putera Dari Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatulloh, dan Banten dijadikan Negeri yang Mandiri dan Hasanudin dijadikan
Sultan pertama Banten. Setelah Banten direbut dan Rakyatnya masuk Agama Islam,
selanjutnya Faletehan merebut Pelabuhan Pajajaran yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa.
Faletehan pada waktu itu berhasil merebut Sunda kelapa dan semenjak itu
Faletehan diangkat menjadi Bupati Sunda kelapa dan namanya di ganti menjanti
Jayakarta. Faletehan sering disebut Raja Sunda kerena menjadi Bupati Jayakarta.
Nyebarnya Agama Islam tidak
pernah berhenti bahkan terus mendesak ke wilayah Galuh Pakuan, Raja Galuh yang paling dekat ke Cirebon di serang oleh
Cirebon yang dipimpin oleh Adipati Kuningan, Putra Angkat Nyai Ratu Ong Tien
Isteri Sunan Gunung Jati dari Tiongkok, dinamakan Kuningan karena waktu bayi
ditukar dengan Bokor kuningan oleh-oleh dari Tiongkok.
Bayi yang diangkat anak oleh
Puteri Ong Tien adala bayinya Raja
Luragung kemudian dibesarkan Oleh Sunan Gunung jati dan Nyai Ong Tien dan
diberi nama Adipati Kuningan OLeh Sunan Gunung Jati, rakyat Raja Galuh semuanya
masuk Islam.
Tahun 1529 Cirebon
menyeranag Kerajaan Talaga, dan wilayah
nya masuk Kerajaan Cirebon dan sebagian besar Penduduknya masuk Islam, raja
tetep sampai beberapa keturunan menganut Agama Hindu. Raja-raja Talaga 1.
Batara Gunung Picung, 2. Sunan Cungkilak, 3. Sunan Benda, 4. Sunan Gamboh,
5.Penggang sang romiang,6.Prabu Damar Suci, 8.Ratu Watang Karuna, 9.Pucuk Umum(
Rangga Manteri),(dan ada juga yang namanya pucuk Umum sebagai anak nya Munding
Sari), 10 Aria Kikis (Sunan Wanapri), 11.Aria Wangsa Goparana,. Dari sekian
banyak Raja hanya Aria Wangsa Goparana yang masuk Islam, karena ayahnya Aria Kikis tidak setuju masuk Islam maka Aria
Wangsa Goparana pergi meninggalkan Istana dan mendirikan Negara Islam di Sagara
Herang.
Cirebon terus menyerang
Kerajaan Besar Galuh Pakuan Tahun 1565 pada waktu itu Rajanya Bernama Nusia Mulya
dan terus lari ke Rawa Lakbok dan seterusnya Ngahiang di Rawa Lakbok.
Di Barat Agama Islam Terus
disebarkan oleh Sultan Hasanudin dan Sultan Hasanudin mulai membuat serangan
serangan Pada Kakek dan pamannya di Pajajaran pada waktu ini Raja Pajajaran
sudah diserahkan kepada Prabu Seda atau Prabu Surya Kencana, anak
bontot Prabu Jaya Dewata Prabu Jaya dewata setelah mendirikan pajajaran
mempunyai banyak Nama Atau sebutan Karena banyak yang menyanjung, adapaun sebutan
atau nama lain dari Prabu Jaya dewata ialah ; Prabu Purana, Sri Baduga Maha
raja, Prabu Guru Dewa Prana, Ratu Haji di Pakuan Pajajaran ,Sri Sang Ratu
Dewata, dan beliau sebagai Saka Pandawa Emban Bumi.
Prabu Seda Adalah Prabu
Siliwangi Yang ketiga, namun Pajajaran
tetap Berjaya tidak mau menyerah apalagi masuk Agama Islam.
Sampai akhirnya Sultan
Hasanudin Wafat dan di gantikan oleh anaknya yaitu Sultan Maulana Yusuf. Maulan
Yusuf pun terus menyerang Pajajaran
namun Pajajaran terus Berjaya.
Setelah Raja Galuh dan Galuh
Pakuan Runtuh Anak Cucu sang prabu yang tidak ikut Ngahiyang Kerawa Lakbok menyusul saudara-saudara nya
yang ada di Pajajaran yaitu Prabu seda.
Adapun yang menyusul kePajajaran diantaranya ialah Pucuk Umum.
Diserahkannya Kerajaan
Pajajaran oleh Prabu Siliwangi II kepada Pabu Siliwangi III tidak ada yang tahu
persis tahunnya , yang jelas antara Tahun 1523 sampai dengan Tahun 1533.
Setelah kerajaan diserahkan kepada Prabu seda alias Prabu Siliwangi ke 3, Prabu
Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi Ke 2 pergi bertapa untuk mendekatkan diri
pada Sanghyang Maha kuasa, yang menjadi pertapaannya sebuah adalah Padepokan milik Raja-raja Sunda, mulai
Salaka Nagara Taruma Nagara Galuh Pakuan dan Pajajaran yang letaknya disekitar
Bukit Gunung Nagara yang terletak di wewengkon atau wilayah
LEUWEUNG
SANCANG atau Hutan Sancang, sekarang Desa
Depok, tentang Bukit Gunung Nagara bisa baca pada SITUS
GUNUNG NAGARA .
Sedangkan Digaluh Pakuan Setelah ditinggalkan oleh
Prabu Jaya dewata Diserahkan kepada Prabu Surawisesa diganti oleh Prabu Ratu
Dewata, diganti lagi oleh Prabu Sang Mangabatan, diganti lagi oleh Ratu Nila
Kendra alias Tohan Dimajaya, diganti lagi oleh Nusia Mulya, hingga runtuhnya
Galuh Pakuan Pada tahun 1565.
Pada tahun 1579 Prabu Jaya
Dewata Turun dari pertapaan dan menemui Sang Prabu Siliwangi ke 3, dan mengajak
Ngahiyang karena malu kalau harus bersikeras terus menerus berperang dengan
saudara atau kerabatnya sendiri, karena seperti kita ketahui bahwa Raja Pandita
Syarif Hidayatulloh di Cirebon dan Sultan Hasanudin Sultan Maulana Yusuf itu
adalah Cucu dan Buyut nya Prabu Siliwangi ke 2. Maka jelas bagi Prabu Siliwangi
Ke 2 lebih baik menghindari peperangan dari pada harus saling berperang karena
akan saling melukai sesama kerabat. Kemudian Prabu Siliwangi ke 3
menyetujuinya, sehinngga anak isteri dan para kerabat yang dekat berikut para
pejabat kerajaan yang setia dibawanya pergi ngahiang Kecuali Ki Jongo dan Ki
Jungju yang menolak karena merasa tidak yakin bisa ngahiyang dan masih
mencintai dan memilih harta duniawi.
Ki Jongjo Dan Ki Jungju Berdebat hebat dengan Kerabat kerajaan yang akhirnya merasa tidak puas dengan
perdebatan tersebut akhinya pergi menemui Sultan Maulana Yusuf di Banten.
Sesampainya di banten Ki Jongjo dan Ki Jungju menawarkan bahwa dirinya sanggup
mengalahkan Prabu Siliwangi asalkan di beri pasukan balatentara sebanyak 500 orang,
Sultan menyetujuinya dan akhirnya pada malam hari Keraton atau Istana Pajajaran
di serang oleh Pasukan Banten yang dipelopori oleh Ki Jongjo dan Ki Jungju,
namun begitu masuk ke pintu gerbang yang ada hanya para prajurit sedangkan Istana dan Prabu serta para pejabat setia
serta isteri dan anak-naknya sudah hilang dari pandangan mata, Rupanya begitu
Ki Jongjo dan Ki Jungju sedang mau memasuki pintu gerbang Prabu Siliwangi dan
pengikutnya pergi ngahiang dan menyulap Istana menjadi kebun Raya Bogor hingga
sekarang. Setelah Prabu Siliwangi Ngahiang Rahayatnya mnucapkan dua kalimat Syahadat masuk Agama Islam, namaun diantaranya ada yang tetap pada pendiriannya tidak mau Masuk Islam berlari menuju Ujung kulon daerah Baduy dan menurut cerita konon orang Baduy adalah keturunan orang-orang yang tidak mau takluk pada Sultan Banten dan mendirikan kampung Baduy hingga sekarang. Daerah Baduy Pada masa penjajahan belanda tidak pernah didatangi bahkan baduy masih tetap kuat pada adat dan budayanya, adat budaya baduy adalah asli adat dan budaya orang pada jaman Pajajaran, apa bila anda ingin mengetahui seperti apa adat dan budaya orang Pajajaran dulu yaitu nenek moyang orang Sunda maka pergilah ke Baduy maka akan menyaksikan adat istiadat orang Baduy dijamin tidak banyak yang berubah karena Baduy tidak dijajah oleh manapun, bahkan Sultan Maulan Yusuf pun membiarkan orang-orang Baduy dan terus dibiarkan katanya biar asal jangan mengganggu pada Kerajaan Banten.
Pada kesimpulannya Pajajaran
masih tetap ada dan tidak pernah dikalahkan
oleh musuh dan oleh siapapun, buktinya sekarang masih menghebus harum mewangi dan
dikenang oleh Masyarakat Sunda bahkan Dunia. Wallohu alam kita serahkan pada
Alloh yang maha mengetahui segalanya.
Sumber cerita diambil dari berbagai keterangan dari arangtua-orang tua di berbagai tempat di tatar Sunda
Sumber cerita diambil dari berbagai keterangan dari arangtua-orang tua di berbagai tempat di tatar Sunda