Selasa, 18 Oktober 2016

PAJAJARAN DAN GALUH PAKUAN



GALUH PAKUAN DAN PAJAJARAN SEBAGAI KERAJAN DI TANAH PASUNDAN
Diceritakan yang menjadi ratu di Negara Galuh ialah Prabu Wangi alias Niskala Wastu Kencana Berjaya sekitar tahun 1357-1461. Prabu wangi digantikan oleh sang  Pangeran sebagai anaknya Prabu Wangi yaitu Prabu dewa niskala pada tahun 1461-1468, dengan bergelar sebagai raja SILIWANGI ke satu dinamakan prabu Siliwangi kesatu karena menurut Bahasa sunda (Kusabab Prabu niskala teh nga gentos ramana anu jenengan Wangi, upami kitu Prabu Niskala teh tiasa disebut panyilih Prabu Wangi,tah kusabab panyilih disebut weh Prabu Silihwangi, akhirna kakocap kurahayat jadi Prabu Siliwangi kecap silih jadi kecap sili hurup H na leungit). Dalam bahasa Indonesia Kira-kira begini”Sebab Prabu Niskala menggantikan bapak nya yaitu Prabu Wangi dengan sebab itu Prabu Niskala bisa di sebut pengganti atau menggantikan Prabu  Wangi. Akhinya tenar dimasyarakat sebagai  pengganti Prabu Wangi yaitu dengan bahasa sunda panyilih Prabu Wangi (pengganti wangi- panyilih wangi)red, maka disebutlah Prabu SILIWANGI ke satu , karena menggantikan Prabu Wangi”.
Pada tahun 1468 Prabu Dewa Niskala atau PRABU SILIWANGI ke satu, digantikan oleh anaknya yang bernama  Prabu Jaya Dewata menjadi Prabu SILIWANGI ke 2, sampai pada tahun 1507, menurut sejarah Cirebon dikutip dari kitab  Purwaka Caruban Nagari 3* Prabu Jaya Dewata sejak kecil sudah menjadi raja di kerajaan kecil kerajaan Sindang Kasih sekarang Majalengka, pada waktu itu yang menjadi raja Galuh adalah kakeknya yaitu Prabu Niskala Wastu kencana alias Prabu Wangi sebelum Prabu SILIWANGI.
Pada suatu hari Jaya Dewata alias PRABU SILIWANGI ke2. Mendapat kabar bahwa di karawang ada sebuah pesatren yang menyebarkan Agama Islam, akhirnya sang prabu mendatangi pesantren tersebut, dengan tujuan hendak mencari tahu bagaiman keadan dipesantern tersebut, setelah sampai di Pesantren Prabu Jaya Dewata melihat santri wanita yang berparas cantik yaitu Subang Larang putrinya Raja Mangku Bumi dari kerajaan kecil yaitu kerajaan Singapura, sekarang Kertasinga. Dan singkat cerita Subanglarang dijadikan permeswari dan dikaruniai 3 anak:
1.   Pangeran Walang Sungsang,
2.   Ratu Rara Santang,
3.   Raja Sangara.
Karena anak-anaknya selalu dekat dengan ibunya Subanglarang maka tidak heran ketiga anaknya itu dididik dengan pengajaran Agama Islam.
Pada tahun 1441 Subanglarang meninggal/wafat, ketiga anaknya memohon pada sang Ayahanda agar mau masuk Agama Islam, Namun Prabu Siliwangi Jaya Dewata menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan agama leluhurnya. Akhirnya Walang Sungsang pergi secara diam-diam meninggalkan keraton/Istana,dan pada  perjalanannya Pangeran Walangsungsang tidak mempunyai tujuan hingga sampailah dia kesuatu tempat di bukit gunung Mara sekarang CIAMIS, disitu dia bertemu dengan seorang biksu Budha dan ditikahkan dengan puteri biksu itu, kemudian Ratu Lara Santang menyusul dari Pakuan. Pangeran Walang Sungsan dengan isterinya juga Ratu Lara Santang  pergi mengembara disuruh oleh sang mertua harus menuju kedaerah utara dan tibalah disuatu Bukit Namanya Bukit Gunung Jati, disitulah mereka belajar ilmu Agama Islam kepada Syekh Nurjati. Di situ walang sungsang dan isterinya tinggal di rumah seorang Kuwu  yaitu Kuwu Gedeng Alang-alang sedangkan Ratu Lara santang tinggal di Rumah Syekh Nurjati, setelah kuwu Gedeng Alang-alang wafat Wlang sungsang disuruh menjadi kuwu menggantikan ki Gedeng, akhirnya Walang Sungsang menjadi Kuwu dengan memakai nama Cakrabuana isterina memakai nama Sri Mangana. Pada suatu ketika Walang Sungsang dan isterinya  juga Rara santang diutus oleh Syekh nurjati untuk memperdalam ilmu Agama ketanah suci Mekah sekaligus untuk menunaikan ibadah haji. Dimekah mereka ketemu dengan patih kerajaan mesir yang mana patih itu diutus oleh Raja mesir yang bernama Syarif Abdullah untuk mencari seorang perempuan yang wajahnya mirip dengan isteri raja almarhumah, karena Lara santang wajahnya mirip isteri raja yang meninggal maka dibawalah Mereka kehadapan raja mesir dan akhirnya Ratu Lara Santang menjadi Prameswari Raja Syarip Abdullah yaitu raja mesir, dari hasil pernikahannya dikaruniai  dua orang putra yaitu Kesatu Syarif Hidayatulloh dan yang kedua Syarip Nurulloh Raja Syarip Abdullah wafat waktu anak-anaknya masih kecil, pada umur 20 tahun Syarip hidayatulloh  mau di jadikan raja namun menolak karena ingin mencari ilmu ke tanah suci dan pada akhirnya menyiarkan Agama Islam, sedangkan kerajaan di serahkan kepada adiknya Syarip Nurulloh. Di mekah ketemu dengan seorang ‘Ulama yaitu Syekh Attaullohi Sajali dan menimba ilmu pada syekh Attaullohi,  dan meneruskan mencari ilmu nya ke Bagdad, di Bagdad beliau menimba ilmu Tashauf.
Dan setelah menimba Ilmu Agama,Syarip hidayatulloh pergi ke tanah Jawa, sebelum sampai ditanah Jawa singgah dulu di Gujarat dan mencari ilmu Agama lagi satu tahun dan singah lagi di Pasai sekarang Aceh juga mencari ilmu Agama lagi hingga dua tahun, dari Pasai pergi ke Banten dari Banten berjalan ketimur hingga samapai ke Cirebon dan menemui kuwu Cakra Buana Uwanya, dan disitulah dibikinkan rumah oleh syekh Nur Jati di Sembung Jati, hingga menjadi tenar dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Syarip Hidayatulloh tak mau berhenti terus menerus menyebarkan agama Islam Hingga keseluruh peloksok  tanah jawa  juga bukan pulo Jawa saja yang menjadi sasarannya tetapi hinnga ke daerah Sanghai atau Tiongkok daratan China. Hingga mendapat Istri seorang Puteri dari Raja tiongkok.
Syrip Hidayatulloh mempunyai banyak Isteri diantaranya :
1.   Nyai Ratu Kawung Anten mendapat dua anak yaitu: 1. Ratu Wanon, 2.Pangeran Sabakingkin alias Hasanudin yang menjadi Sultan Banten pertama.
2.   Nyai tepasan mendapat dua putera yaitu:1.Ratu Ayu yang menjadi isteri Faletehan, 2.Pangeran Pasarean yang nantinya menggantikan ayahandanya.
3.   Nyai Lara Bagdad mendapat dua putera yaitu: 1.Pangeran Jaya kelana, 2.Pangeran Brata Kelana(Gung anom).
4.   Nyai Babadan.
5.   Nyai Puteri Ong Tien.
6.   Nyai Mas Pakungwati (Padmi).

Penyebaran Islam di daerah Cirebon dan sekitar Galuh sangat pesat  apalagi setelah Cirebon memisahkan diri dari Galuh Pakuan, menjadi Negara yang mandiri yang dipimpin olleh Raja Pandita Syarip Hidayatulloh alias Sunan Gunung Jati .
Dengan semakin pesatnya penyebaran Agama Islam oleh Sunan Gunung Jati hingga menjadi kekhawatiran bagi Sang Kakek Prabu Siliwangi Ke 2, dan untuk mempertahankan Kepercayaannya memeluk Agama Hindu Prabu Siliwangi pada tahun1507berpindah kesebelah barat dan mendirikan Kerajaan baru yaitu PAJAJARAN tepatnya Bogor istnanya sekarang menjadi kebun Raya Bogor. Sedangkan di Galuh Pakuan diteruskan oleh Pangeran Surawisesa anak dari Nyai Ratu Kentring manik dan berkuasa dari tahun 1507-1521.
Pajajaran setelah berdiri cepat menjadi besar dibawah kepemimpinan Prabu Jaya Dewata, kekuasaanya  hampir keseluruh wilayah Priangan, kecuali pesisir utara dan derah Galuh. Untuk menangkis serangan Islam yang di pimpin oleh Cucunya sendiri.
 Pajajaran memanfaatkan kedatangan orang Portugis yang sebelumnya sudah berada di Malaka, dengan menjalin kerjasama perdagangan pada tahun 1512 raja sunda yaiyu Prabu Jaya Dewata mendatangi PORTUGIS di Malaka dan pada waktu Portugis dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque, dan dikukuhkan lagi padathun 1521 yang diwakili oleh puteranya Prabu Jaya Dewata yaitu Prabu seda yang menjadi Prabu Siliwangi ketiga, sementara Portugis kepeminpinannya sudah diganti oleh George d’albuquerque. Dan pada tahun 1523 Portugis datang ke Pajajaran dan membawa hadiah berupa tugu dari batu.
Diceritakan pada tahun 1521 Portugis  menyerang Pasai (Aceh)Raja putera yang bernama Fadilah khan Alias Faletehan pergi kemekah hendak meminta bantuan kepada Raja Mekah sekalian beribadah Haji, dari mekah ditus ke Demak untuk minta bantuan yang lebih dekat jaraknya, Demak saat itu sudah menjadi Negara Islam dan di pimpin oleh Sultan Trenggono, di Demak Faletehan diangkat mejadi panglima kesultanan Demak dan dinikahkan kepada adiknya Sultan Trenggono Yaitu Nyai Ratu Pulung.
Pada tahun1526 Faletehan diutus oleh Sultan Trenggono untuk menyerang Fortugis yang membantu Pajajaran yang berada di Banten, Faletehan berangkat ke Banten  dan membawa pasukan sebanyak 1864 orang, sebelum sampai di Banten bersinggah di Cirebon untuk menemui titah Sultan Trenggono agar menemui dulu Syarif  Hidayatulloh di Gunung Jati. Pada tahun itu 1526 Banten yang menjadi wilayah utama Pajajaran direbut oleh Pasukan Fatahilah yang dibantu oleh Hasanudin Putera Dari Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatulloh, dan Banten dijadikan Negeri yang Mandiri dan Hasanudin dijadikan Sultan pertama Banten. Setelah Banten direbut dan Rakyatnya masuk Agama Islam, selanjutnya Faletehan merebut Pelabuhan Pajajaran yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa. Faletehan pada waktu itu berhasil merebut Sunda kelapa dan semenjak itu Faletehan diangkat menjadi Bupati Sunda kelapa dan namanya di ganti menjanti Jayakarta. Faletehan sering disebut Raja Sunda kerena menjadi Bupati Jayakarta.
Nyebarnya Agama Islam tidak pernah berhenti bahkan terus mendesak ke wilayah Galuh Pakuan, Raja Galuh  yang paling dekat ke Cirebon di serang oleh Cirebon yang dipimpin oleh Adipati Kuningan, Putra Angkat Nyai Ratu Ong Tien Isteri Sunan Gunung Jati dari Tiongkok, dinamakan Kuningan karena waktu bayi ditukar dengan Bokor kuningan oleh-oleh dari Tiongkok.
Bayi yang diangkat anak oleh Puteri Ong Tien adala bayinya  Raja Luragung kemudian dibesarkan Oleh Sunan Gunung jati dan Nyai Ong Tien dan diberi nama Adipati Kuningan OLeh Sunan Gunung Jati, rakyat Raja Galuh semuanya masuk Islam.
Tahun 1529 Cirebon menyeranag  Kerajaan Talaga, dan wilayah nya masuk Kerajaan Cirebon dan sebagian besar Penduduknya masuk Islam, raja tetep sampai beberapa keturunan menganut Agama Hindu. Raja-raja Talaga 1. Batara Gunung Picung, 2. Sunan Cungkilak, 3. Sunan Benda, 4. Sunan Gamboh, 5.Penggang sang romiang,6.Prabu Damar Suci, 8.Ratu Watang Karuna, 9.Pucuk Umum( Rangga Manteri),(dan ada juga yang namanya pucuk Umum sebagai anak nya Munding Sari), 10 Aria Kikis (Sunan Wanapri), 11.Aria Wangsa Goparana,. Dari sekian banyak Raja hanya Aria Wangsa Goparana yang masuk Islam, karena ayahnya  Aria Kikis tidak setuju masuk Islam maka Aria Wangsa Goparana pergi meninggalkan Istana dan mendirikan Negara Islam di Sagara Herang.
Cirebon terus menyerang Kerajaan Besar Galuh Pakuan Tahun 1565 pada waktu itu Rajanya Bernama Nusia Mulya dan terus lari ke Rawa Lakbok dan seterusnya Ngahiang di Rawa Lakbok.
Di Barat Agama Islam Terus disebarkan oleh Sultan Hasanudin dan Sultan Hasanudin mulai membuat serangan serangan Pada Kakek dan pamannya di Pajajaran pada waktu ini Raja Pajajaran sudah diserahkan kepada  Prabu Seda atau Prabu Surya Kencana, anak bontot Prabu Jaya Dewata Prabu Jaya dewata setelah mendirikan pajajaran mempunyai banyak Nama Atau sebutan Karena banyak yang menyanjung, adapaun sebutan atau nama lain dari Prabu Jaya dewata ialah ; Prabu Purana, Sri Baduga Maha raja, Prabu Guru Dewa Prana, Ratu Haji di Pakuan Pajajaran ,Sri Sang Ratu Dewata, dan beliau sebagai Saka Pandawa Emban Bumi.
Prabu Seda Adalah Prabu Siliwangi Yang ketiga,  namun Pajajaran tetap Berjaya tidak mau menyerah apalagi masuk Agama Islam.
Sampai akhirnya Sultan Hasanudin Wafat dan di gantikan oleh anaknya yaitu Sultan Maulana Yusuf. Maulan Yusuf pun terus menyerang  Pajajaran namun Pajajaran terus Berjaya.
Setelah Raja Galuh dan Galuh Pakuan Runtuh Anak Cucu sang prabu yang tidak ikut Ngahiyang  Kerawa Lakbok menyusul saudara-saudara nya yang ada di Pajajaran yaitu  Prabu seda. Adapun yang menyusul kePajajaran diantaranya ialah Pucuk Umum.
Diserahkannya Kerajaan Pajajaran oleh Prabu Siliwangi II kepada Pabu Siliwangi III tidak ada yang tahu persis tahunnya , yang jelas antara Tahun 1523 sampai dengan Tahun 1533. Setelah kerajaan diserahkan kepada Prabu seda alias Prabu Siliwangi ke 3, Prabu Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi Ke 2 pergi bertapa untuk mendekatkan diri pada Sanghyang Maha kuasa, yang menjadi pertapaannya sebuah  adalah Padepokan milik Raja-raja Sunda, mulai Salaka Nagara Taruma Nagara Galuh Pakuan dan Pajajaran yang letaknya disekitar Bukit Gunung Nagara yang terletak di wewengkon atau wilayah
LEUWEUNG SANCANG atau Hutan Sancang, sekarang Desa Depok, tentang Bukit Gunung Nagara bisa baca pada SITUS GUNUNG NAGARA .
Sedangkan  Digaluh Pakuan Setelah ditinggalkan oleh Prabu Jaya dewata Diserahkan kepada Prabu Surawisesa diganti oleh Prabu Ratu Dewata, diganti lagi oleh Prabu Sang Mangabatan, diganti lagi oleh Ratu Nila Kendra alias Tohan Dimajaya, diganti lagi oleh Nusia Mulya, hingga runtuhnya Galuh Pakuan Pada tahun 1565.
Pada tahun 1579 Prabu Jaya Dewata Turun dari pertapaan dan menemui Sang Prabu Siliwangi ke 3, dan mengajak Ngahiyang karena malu kalau harus bersikeras terus menerus berperang dengan saudara atau kerabatnya sendiri, karena seperti kita ketahui bahwa Raja Pandita Syarif Hidayatulloh di Cirebon dan Sultan Hasanudin Sultan Maulana Yusuf itu adalah Cucu dan Buyut nya Prabu Siliwangi ke 2. Maka jelas bagi Prabu Siliwangi Ke 2 lebih baik menghindari peperangan dari pada harus saling berperang karena akan saling melukai sesama kerabat. Kemudian Prabu Siliwangi ke 3 menyetujuinya, sehinngga anak isteri dan para kerabat yang dekat berikut para pejabat kerajaan yang setia dibawanya pergi ngahiang Kecuali Ki Jongo dan Ki Jungju yang menolak karena merasa tidak yakin bisa ngahiyang dan masih mencintai dan memilih harta duniawi.
Ki Jongjo Dan Ki Jungju  Berdebat hebat dengan Kerabat kerajaan  yang akhirnya merasa tidak puas dengan perdebatan tersebut akhinya pergi menemui Sultan Maulana Yusuf di Banten. Sesampainya di banten Ki Jongjo dan Ki Jungju menawarkan bahwa dirinya sanggup mengalahkan Prabu Siliwangi asalkan di beri pasukan balatentara sebanyak 500 orang, Sultan menyetujuinya dan akhirnya pada malam hari Keraton atau Istana Pajajaran di serang oleh Pasukan Banten yang dipelopori oleh Ki Jongjo dan Ki Jungju, namun begitu masuk ke pintu gerbang yang ada hanya para prajurit sedangkan  Istana dan Prabu serta para pejabat setia serta isteri dan anak-naknya sudah hilang dari pandangan mata, Rupanya begitu Ki Jongjo dan Ki Jungju sedang mau memasuki pintu gerbang Prabu Siliwangi dan pengikutnya pergi ngahiang dan menyulap Istana menjadi kebun Raya Bogor hingga sekarang. Setelah Prabu Siliwangi Ngahiang Rahayatnya mnucapkan dua kalimat Syahadat masuk Agama Islam, namaun diantaranya ada yang tetap pada pendiriannya tidak mau Masuk Islam berlari menuju Ujung kulon daerah Baduy dan menurut cerita konon orang Baduy adalah keturunan orang-orang yang tidak mau takluk pada Sultan Banten dan mendirikan kampung Baduy hingga sekarang. Daerah Baduy Pada masa penjajahan belanda tidak  pernah didatangi bahkan baduy masih tetap kuat pada adat dan budayanya, adat budaya baduy adalah asli adat dan budaya orang pada jaman Pajajaran, apa bila anda ingin mengetahui seperti apa adat dan budaya orang Pajajaran dulu yaitu nenek moyang orang Sunda maka pergilah ke Baduy maka akan menyaksikan adat istiadat orang Baduy dijamin tidak banyak yang berubah karena Baduy tidak dijajah oleh manapun, bahkan Sultan Maulan Yusuf pun membiarkan orang-orang Baduy dan terus dibiarkan katanya biar asal jangan mengganggu pada Kerajaan Banten.
Pada kesimpulannya Pajajaran masih tetap ada  dan tidak pernah dikalahkan oleh musuh dan oleh siapapun, buktinya sekarang masih menghebus harum mewangi dan dikenang oleh Masyarakat Sunda bahkan Dunia. Wallohu alam kita serahkan pada Alloh yang maha mengetahui segalanya.
Sumber cerita diambil dari berbagai keterangan dari  arangtua-orang tua di berbagai tempat di tatar Sunda