Kamis, 07 April 2016

Masigit Sela dan makam Prabu Geusan Ulun, Santolo Sayang Heulang Cilaut Eureun


MASIGIT SELA.
Dilihat dari kejauhan memang tidak mirip sebuah masjid namun setelah kita menghampirinya lebih dekat lagi Nampak seperti paimbaran mesjid bahkan ada batu penyangga atap guha mirip bangunan  paimbaran tempat imam, maka gua yang terletak di bagian utara Pulo Santolo ini biasa disebut Masjid Batu. Tapi juga biasa disebut Masjid Sela, karena gua ini berada disela-sela batu dinding Pulo yang berlubang memenjang kira kira 100meter, namun yang bisa dipakai berteduh kala hujan turun hanya lebar kedalam  kurang lebih 3 meter. Tapi gua itu punya nama asli Gua Masigit Sela. Ruang di dalamnya mirip Paimbaran/ ruang imam sebuah mesjid, masjid yang dihiasi banyak stalaktit yang bermotif sangat Unique.
Terlepas dari anggapan gua itu sebuah masjid, gua yang sudah berumur ratusan tahun tersebut hingga kini terkenal dengan nama Gua Masigit Sela. Kini gua itu dijadikan salah satu objek wisata spiritual.
Pada hari-hari tertentu, misalnya Jumat Kliwon, Selasa Kliwon dan juga pada hari-hari besar Islam, gua itu banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah. Tujuan mereka jelas ngalap berkah dan menenangkan diri setelah dihadapkan pada ruwetnya permasalahan hidup. Biasanya, pengunjung mempunyai keinginan tertentu menginap selama beberapa hari di Gua Masigit Sela hingga mendapatkan suatu petunjuk yang menggembirakan berkaitan dengan keinginannya. Bila demikian, maka mereka akan memperpanjang lagi ngalap berkahnya, karena mereka merasa optimis suatu saat upayanya akan mendapatkan berkah dari yang Maha Kuasa, meski upayanya baru didapatkan pada hari-hari berikutnya.
Diakui salah seorang juru kunci Gua Masigit Sela, tidak semua pengunjung bisa langsung mendapatkan wangsit selama melaksanakan laku tirakatan di gua tersebut, meski sudah mencapai 40 hari. Namun dengan modal keyakinan permintaannya akan dikabulkan setelah mereka kembali ke kampung halamannya, mereka tetap nekad pulang dengan tangan hampa. Hal itu diakui sejumlah pengunjung yang kini telah meraih sukses usahanya.
Ngalap berkah di Gua Masigit Sela Pulo Santolo, diketahui hingga kini tidak ada tuntunannya yang baku. Pengunjung tetap bebas melakukan laku tirakatan sesuai dengan kemauannya, atau mengikuti suatu aturan tertentu juru kunci yang mereka tunjuk. Karena di Gua Masigit Sela tidak mengenal satu juru kunci.
Sehingga dalam proses ngalap berkah di Gua Masigit Sela terkadang terjadi suatu perpaduan antara yang mengandung unsur klenik dan agamis. Kendati demikian, akibat maraknya pengunjung yang mendatangi gua tersebut, maka di dalam gua tersebut banyak ditemui pedupan (suatu gundukan dari hasil bakar kemenyan). Salah satunya di sekitar pilar penyangga gua yang mirip paimbaran, disebelah timurnya ada jembatan sisa peninggalan jaman belanda yang menyambungkan Pulo Santolo dengan Pantai Sayang heulang, dibawahnya ada curugan air laut yang kembali lagi ke air sungai cilaut eureun,tempat yang sangat sakral dipercayai orang bahwa kalau mandi di air curugan itu akan bisa mengobati segala mcam penyakit lahir maupun bathin.Di Pantai Sayang heulang ada sebuah bukit, dibukit tersebut Terdapat Makam Seorang tokoh dari kerajaan Sumedang larang yaitu Prabu Geusan Ulun.
Konon Prabu Siliwangi Sebelum pergi ngaHyang kealam KaHyangan Beliau menitipkan/memberikan Mahkota kerajaan Pajajaran berikut sebagian Harta milik kerajaan. Setelah kepergian Prabu Siliwangi, Prabu Gesan Ulun tahu bahwa Prabu Siliwangi ngaHyang pergi membawa Istana berikut segala isinya di pindahakan keaalam kaHyangan konon  istana Pajajaran dibawa tilem atau ngHyang ke daerah selatan kabupaten Garut kesebuah kawasan Hutan Sancang/leuweung Sancang,maka Maka Prabu Gesan Ulun pun memilih pergi beristirahat menjadi pertapa di Masigit sela, dan konon Prabu Geusan ulun menimbun Harta dan mahkota serta perlengkapan kerajaan di Pulo Santolo itu. Karena sodong-sodong atau sela-sela batu itu dipakai tempat beribadah terutama melakukan ibadah sholat,dan sejak itulah sodong itu dinamakan Masigit Sela hingga sekarang.
Prabu Geusan Ulun hingga akhir hayatnya menetap di kawasan itu dan disemayamkan di bukit Sayang Heulang.
Makam Prabu Geusan Ulun oleh masyarakat sekitar dan para pengunjung Dijadikan sebuah tempat keramat yaitu tempat untuk mencari berkat dengan melakukan do’a/ permohonan terhadap Alloh Subhawahuwata’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar