Minggu, 27 Maret 2016

CIKAL BAKAL ORANG PASUNDAN


SILSILAH KERAJAAN PASUNDAN ATAU SUNDA
Perjalanan bangsa Sunda di awali dari daerah Sumatera kira-kira antara kurang lebih 75000 sebelum Masehi. Bangsa atau Masyarakat pada waktu itu semuanya pendatang mereka berasal dari berbagai Negara seperti  Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Persia, India,Gujarat, Arab, China namun yang paling banyak berasal dari Yunani dan Bangsa Aria.           
Mereka membangun kebudayaan selama beribu-ribu tahun di kawasan Sumatra dan berpusat di Mandailing yang di ambil dari kata Mandala Hyang yang berarti (suatu pusat tempat tinggal masyarakat seperti perkampungan atau pedesaan atau sebuah Negara) dan daerah Batakaro hingga Padang.
Para leluhur kita memeluk ajaran Surayana atau ajaran Surya. Pada suatu masa Gunung Batara Guru meletus hingga habis, karena dahsyatnya letusan, Langitpun menjadi gelap tertutup debu hingga  3 bulan lamanya.
setelah  meletus Gunung Batara Guru  yang tersisa hanya tinggal bukit kecil yang sekarang dinamakan Pulau Samosir yang dikelilingi dengan genangan air yang luasnya kurang lebih 100 Km2 yang sekarang menjadi Danau Toba.
Seiring dengan berobahnya jaman masapun berganti ceritapun berubah, pusat kebudayaan bangsa Sunda yang disebut dengan mandala Hyang bergeser ke Gunung Sunda, yang sekarang terkenal dengan nama Gunung Krakatau.
Pada saat itu belum dikenal konsep Negara, tapi lebih kepada konsep Wangsa (bangsa). Wilayah Mandala Hyang pada masa itu dikenal dengan sebutan “Buana Nyungcung” karena terletak pada kawasan yang tinggi. Puncak Pertala di Buana Nyungcung Gunung Sunda dijadikan Mandala Hyang, semua aktivitas masyarakat menghasilkan beberapa kemajuan kemajuan disegala bidang kemudian aktivitas masyarakat tersebut terhenti kembali ketika Gunung Sunda (Gunung Krakatau)meletus, daratan terbagi menjadi dua (Sumatra dan Jawa), dan mengakibatkan banjir besar dan berakhirnya zaman es pada sekitar 15.000 SM. Semua bukti kemajuan jaman bangsa tersebut hilang dan tenggelam, bangsa Sunda kembali membangun peradabannya hingga menurut cerita dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sindhu (Sang Hyang Tambleg meneng, putra Sang Hyang Watugunung Ratu Agung Manikmaya) yang kemudian mengajarkan kepercayaan Sundayana (Sindu Sandi Sunda). Ajaran tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Perjalanan Prabu Sindu ke wilayah Jepang membuat ajarannya diberi nama Shinto, ajaran Surya (matahari), bahkan ajaran tersebut kemudian dijadikan bendera bangsa Jepang. Perjalanan penyebaran ajaran tersebut kemudian bergerak sampai ke daerah India, sampai kepada sebuah aliran sungai besar yang membelah sebuah lembah yang nantinya dikenal dengan Lembah Sungai Sindu (Barat mengenalnya dengan nama Lembah sungai Hindus), tepatnya di daerah Jambudwipa. Perkembangan ajaran tersebut sangat luar biasa sehingga menghasilkan sebuah peradaban tinggi “Mohenjodaro dan Harapa” yang memiliki kemiripan nama dengan “Maharaja-Sunda-Ra dan Pa-Ra-Ha/Hu persis dengan sebuah tempat di wilayah Parahyangan sekarang. Ajaran Prabu Sindu yang selanjutnya disebut agama Hindu asalnya merupakan ajaran Surayana-Sundayana, yang hingga kini masih tersisa di wilayah Nusantara ada di daerah Bali sekarang, serta agama Sunda Wiwitan yang isinya sama menjadikan Matahari serta Alam sebagai panutan hidup, dan bila dikaji lebih mendalam ajaran ini merupakan ajaran Monotheisme atau percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. dalam Islampun Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu adalah ajaran “Tauhid”.

 
Asal Usul Suku Sunda Adalah Suku Pendatang

Di daratan Asia, kira-kira antara Pegunungan Hindu kush dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsa Aria sebelum kehancuran  bangsa Aria mereka banyak yang merantau hingga ada yang sampai ke tanah Sunda, Pelabuhan Ratu Sukabumi  merupakan Pantai Laut Selatan yang  sangat setrategis untuk berlabuh kapal, di pelabuhan ratulah Bangsa Aria pertama menginjakan kakinya di tatar Sunda, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah, bertahun-tahun berlalu Bangsa Aria resmilah sudah mereka menjadi bangsa pribumi di Tatar Sunda.
Proses akulturasi budaya ini dapat kita lihat dalam sistem religi yang diterapkan, Pendatang mengalah dengan keadaan dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai pusat ‘sesembahan’ orang Sunda tetap menempati tempat yang paling tinggi, sedangkan dewa-dewa yang menjadi ‘sesembahan’ pendatang ditempatkan di bawahnya. Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem ‘sesembahan’ yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan. Nah dari situlah campur bawur  melalui perkawinan  akhirnya berdirilah Kerajaan pertama di tatar Sunda degan Nama Salaka Nagara.

2 komentar:

  1. Kajiannya bagus, tapi saya kurang setuju kalau Sunda itu pendatang, pdahal sudah terbukti peradaban manusia pertama itu ada di Nusantara.

    BalasHapus