PRABU
SILIWANGI
(RAGA
MULYA)
SURYAKANCANA
Prabu Siliwangi Suryakancana (RAGA MULYA) artinya
tubuh yang mulia sehingga tubuhnya bisa dibawanya pergi ngahiang / menuju alam kaHyangan,menghilang meninggalkan
kekuasaannya di Pajajaran yang sedang di deru badai oleh serangan-serangan dari
islam melalui Kesultanan Banten dan Cirebon, yang tak lain adalah keturunan
dari nenek moyang Suryakancana sendiri, yaitu SRI BADHUGA MAHARAJA Sang Raja
Pertama Pajajaran yang meneruskan SILIH WANGI dari kakeknya SILIH WANGI pertama
putra PRABU WANGI LINGGA BUANA WISESA yang gugur di palagan Bubat ! MAHARAJA
PRABU NISKALA WASTU KANCANA. Surya kancana sendiri adalah putra mahkota Pajajaran, anak dari
Prabu NIlakendra/Siliwangi VI yang melarikan diri saat Panembahan Hasanudin
menyerang ibukota Pakuan.
Nilakendra sendiri tak diketahui keberadaannya
hingga Suryakancana terpaksa memindahkan ibukota ke Palasari, Pandeglang
setelah sebelumnya mahkota dan segala perangkat raja dibawa ke Sumedang Larang
untuk di serahkan kepada Prabu Geusan Ulun Raja Sumedang Larang sebagai penerus
tahata pajajaran yang sah.
Maka dari itu Surya kancana memerintah sisa-sisa
rakyat pajajaran yang masih setia tanpa mahkota, Prabu Siliwangi adalah gelar
sanjungan bagi raja Kerajaan Sunda Galuh / Pajajaran khususnya. Siliwangi
bersal dari kata SILIH dan WANGI. Oleh karna Prabu Lingga Buana Wisesa gugur di
palagan bubat, maka dirinya di beri nama sanjungan bergelar PRABU WANGI
Dan raja yang menggantikannya menjadi Silih nya
Prabu Wangi maka disebut SILIWANGI, yang artinya mengganti dan meneruskan Wangi
Putra mahkota saat itu adalah Niskala Wastu Kancana
yang kemudian menjadi Prabu Siliwangi Pertama. Dan diteruskan oleh sang cucu
SRI JAYADEWATA yang medirikan kerajaan Pajajaran sebagai nama baru dari
kerajaan SUNDA GALUH di Pakuan.
Sri Jayadewata menjadi raja pertama Pajajaran dengan
gelar SRI BADHUGA MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN, dan menjadi PRABU
SILIWANGI terharum namanya di Tatar Sunda.
Dengan menggelegarnya Prabu Siliwangi kedua ini
membuat sang anak SURAWISESA / Prabu Siliwangi III, untuk mengabadikan
kebesaran sang ayah pada sebuah tulisan diatas batu yang dikenal dengan
PRASASTI BATU TULIS. Setelah Surawisesa tak terdengar lagi rakyat
mengelu-elukan raja mereka, Prabu siliwangi ke empat dan kelima terkesan
ditiadakan oleh rakyatnya karna kepemimpinannya yang kurang baik.
Hingga sampai lah tampuk kepemimpinan Pajajaran
kepada Nilakendra / Prabu Siliwangi ke enam, disitulah Pajajaran mengalami
beberapa penyerangan dari Panembahan Hasanudin dalam rangaka menyebarkan Islam
di Tatar Sunda. Saat itu Suryakancana adalah putra mahkota Pajajaran
satu-satunya, entah bagaimana sang ayah apalagi seorang raja bisa melarikan
diri dari serangan itu. Rakyat sengaja ditinggalkan terbunuh dan sang anak
dibiarkan dalam ancaman besar karna pasukan Hasanudin sudah pasti akan membunuh
sang pewaris tahta bila mereka sampai berhasil menembus benteng istana
Pajajaran yang dibuat Sri Badhuga Maharaja di masa pemerintahannya.
Suryakancana diselamatkan para pembesar kerajaan dan
kembali ke Istana setelah penyerangan berakhir. Mungkin karna terlalu kuatnya
benteng parit yang dibuat Sri Badhuga Maharaja, pasukan panembahan Hasanudin
tak sampai bisa menjebol benteng Pajajaran.
Penyerangan berakhir dan Panembahan Hasanudin
digantikan Panembahan Yusuf sang Putra. Dimasa pemerintahan Yusuf lah
Kesultanan Banten kembali menyerang habis-habisan ibukota Pakuan.
Selama Yusuf menyusun rencana penyerangan, para
pembesar Pajajaran sudah mengusulkan Suryakancana untuk memindahkan ibukota ke
tempat lain guna bersembunyi sambil mempersiapkan perlawanan dari arah lain
yang tidak diketahui Pasukan Yusuf.
Suryakancana yang sedih karna sang ayah tak juga di
temukan harus juga menerima kenyataan rakyat makin susah dan kelaparan.
Karna praktis semua kekuatan pajajaran di pesisir
pantai sudah lumpuh.
Dia mengerenyutkan dahi tanda hatinya gundah tak tau
harus berbuat apa, dia tak mau menjadi raja sebelum mayat ayahnya ditemukan
jikalau memang berita kematian ayahnya itu adalah benar. Tak mampu kakinya
melangkah keluar istana untuk melihat keadaan diluar, air mata seolah tak
memberi pengampunan untuk tidak membanjiri matanya.
Dalam kebingungan akan keutuhan Pajajaran
Suryakancana mendapat panggilan batin, seruan panggilan dari sang pendahulu
yang mengajak sang keturunan untuk kembali ke tempat yang seharusnya dia
berada. Maka Suryakancana bergegas memerintahkan para patih untuk membawa
mahkota, jubah raja dan puska kandaga lante ke kerajaan Sumedang Larang.
Mungkin Suryakancana berharap Sumedang Larang bisa meneruskan kebesaran
Pajajaran untuk terus berdiri di tanah pasundan ini.
Lalu setelah itu berangkatlah Suyakancana beserta
para pembesar kerajaan dengan langkah tegap dan jiwa yang ikhlas diiringi para
pengikut yang setia pada Pajajaran. Ikut kemana sang raja tanpa mahkota
melangkah.
Tanpa tujuan pasti Suryakancana berjalan menuju
tempat yang tanpa disadarinya adalah tempat dimana asal mula Pajajaran
terbentuk. Ya… Suryakancana menuju tempat berdirinya kerajaan Salakanagara,
Kerajaan peretama di jawa barat… Mungkin seperti yang di sebutkan diawal tadi
bahwa dimana kita berasal maka disitu kita
akan kembali pada yang memiliki.
Sampailah Suryakancana di Palasari, Pandeglang bekas
ibukota Salakanagara yaitu Rajatapura…
Disini Suryakancana berusaha mendirikan ibukota
Pajajaran yang baru. Untuk sebisanya rakyat merasa bahwa negaranya masih ada.
Yang sebenarnya Palasari lebih pantas disebut
kabuyutan daripada ibukota kerajaan.
Kabar telah berangkatnya pasukan Panembahan Yusuf ke
Pakuan telah sampai ke telinga Suryakancana, apa yang akan diperbuatnya ketika
mendengar hal tersebut ? tak ada yang tau, termasuk para pembesar kerajaan.
Dalam tidurnya Suryakancana bermimpi… dia bertemu dengan para nenek moyangnya
raja-raja sunda.
Didalam mimpi itu dia mendapat ajakan baginya untuk
datang ke kerajaan baru yang abadi. Disana lah tempat untuk para pengikut setia
nya.
Dari situlah timbul kepusannya untuk ngahiang, pergi
ke alam lain.
Dengan membawa seluruh Istana Pajajaran dan jejak
untuk dikemudian hari tak dapat ditelusuri.
Dia befikir sedalam-dalamnya ia bersembunyi toh
pasti akan ketahuan juga oleh lawan. Dan inilah cara tebaik agar rakyat tidak
menjadi korban keganasan pasukan panembahan yusuf, yang telah sampai ke gerbang
benteng Pajajaran dan membabi buta membantai sispa saja yang ada di Pakuan.
Ditengah teriknya matahari Sang Raja Tanpa Mahkota
menarik nafas, dikumpulkannya para pengikut yang ada termasuk para pembesar
Pajajaran. Diserukannya panji Pajajaran untuk yang terakhir kali. Berdiri
diantara para pengikut setia dan menatap langit. Digenggamnya kujang lambang
kesejatian urang sunda.
Dengan lantang menyerukan bahwa: “aku adalah raja
terakhir pajajaran, sebab setelah aku tak akan ada lagi raja pajajaran. hari
ini adalah hari yang penting untuk pajajaran, sebab disini pajajaran akan
hilang dari muka bumi ini untuk selamanya. sebelum musuh menemukan kita dan
meminum darah kita !!! mulai hari ini anak cucu kita akan tahu, pajajaran tidak
diruntuhkan siapa pun ! tidak terkalahkan siapa pun ! tak perlu mencari jejak
kemana pajajaran sebab pajajaran akan menghilang tanpa jejak ! hari ini detik
ini sedang berlangsung kehancuran di pakuan. sebelum mereka berhasil memasuki
istana pajajaran, karaton sri bima, punta, narayana, madura dan suradipati akan
berubah menjadi sarang harimau yang akan menerkam mereka !
maka sebelum itu dengarkanlah pesan terakhir dariku
!
pesan untuk kalian rakyat pajajaran, ceritakanlah
pada keturunan kalian kelaK.
Mungkin yang dimaksud menghilang lebih kepada
membutakan mata yang ingin mencari istana pajajaran,tak terlihat oleh kasat
mata. namun sejatinya istana pajajaran
masih berdiri sampai saat ini.
WANGSIT/UGA
PRABU SILIWANGI
“Dengarkan…!!!!
Cerita kita(pajajaran) hanya sampai hari ini
walaupun kalian setia padaku, tapi aku tak bisa
membawa kalian dalam masalah ini, mebuat kalian susah, ikut merasakan miskin
dan lapar. kalian boleh memilih untuk hidup kedepan nanti, agar beso lusa,
kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi pajajaran! bukan
pajajaran saat ini tapi pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu!
pilih! aku tidak akan melarang, sebab untuku, tidak pantas jadi raja yang
rakyatnya lapar dan miskin.”
“Dengarkan..! yang ingin ikut denganku, cepat
memisahkan diri ke selatan!
Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan,
cepat memisahkan diri ke utara!
Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang
berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur!
Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan
diri ke barat! dengarkan!! kalian yang di timur harus tahu :
Kekuasaan akan turut dengan kalian! dan keturunan
kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. tapi kalian
harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. akan ada
pembalasan untuk semua itu. silahkan pergi!
Kalian yang di sebelah barat! carilah oleh kalian ki
santang! sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian
dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan
semua yang baik hatinya.
Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung halimun tedengar suara minta
tolong, nah itu adalah tandanya. semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau
menikah di lebak cawene. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan
banjir! silahkan pergi! ingat! jangan menoleh kebelakang!
Kalian yang di sebelah utara! dengarkan! kota takan
pernah kalian datangi, yang kalian temui hanyalah padang yang perlu diolah.
keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. adapun yang menjadi
penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. suatu hari nanti akan kedatangan
tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!
Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya
pada waktu tertentu dan saat diperlukan. aku akan datang lagi, menolong yang
perlu, membantu yang susah,tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila
aku datang takan terlihat; apabila aku berbicara takan terdengar. Memang aku
akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan
satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran
yang lurus dan bagus tingkah lakunya.ketika aku datang, tidak berupa dan
bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. semenjak hari ini, pajajaran
hilang dari alam nyata. hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan
meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab
bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba,
supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus
memakai dasar.Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan
bahkan berlebihan kalau bicara. suatu saat nanti akan banyak yang ditemui,
sebagian-sebagian. sebab terlanjur dilarang oleh pemimpin pengganti! ada yang
berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari smbil
melawan, melawan sambil tertawa.
Dalah anak gembala.
Rumahnya dibelakang sungai, pintunya setinggi batu,
tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. apa yang dia gembalakan? bukan kerbau
bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. tetapi ranting daun kering dan
sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. tapi
akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu
jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setap
waktu akan berulang itu dan itu lagi.
Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan
berkuasa hanya untuk sementara waktu. tanahnya kering padahal dipinggir sungai
Cibanteun dijadikan kandang kerbau kosong. nah
disitulah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan
oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. semenjak itu, raja-raja
dibelenggu. kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang
suruhan. tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah
serta banyak pilihan. semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. suatu saat nanti
keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari
yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar
sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! keturunan kita banyak yang tidak
tahu, bahwa jaman sudah berganti! pada saat itu geger diseluruh negara. pintu
dihancurkan oleh para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah! yang memerintah
bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu
monyet! keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab
ternyata, pasar habis oleh monyet! sawah habis oleh monyet, tempat padi habis
oleh monyet, kebun habis oleh monyet, perempuan habis oleh monyet! semuanya
diserbu monyet! keturunan kita takut oleh segala yang berbau monyet! semua alat
digunakan untuk mengusir monyet. Sebab sudah semakin banyak. yang
mengerjakannya masih bangsa sendiri
Banyak yang mati kelaparan. semenjak itu keturunan
kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan.
mereka tidak sar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.
Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar
gemuruh, burung menetaskan telur. riuh seluruh bumi!
Sentara disini? ramai oleh oleh perang, saling
menindas antar sesama. penyakit bermunculan disana-sini. lalu keturunan kita
mengamuk. mengamuk tanpa aturan. banyak yang mati tanpa dosa. Jelas-jelas musuh
dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. mendadak banyak
pemimpin dengan caranya sendiri. Iang bingung semakin bingung, banyak anak
kecil sudah menjadi bapak. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa
pandang bulu. yang putih dihancurkan, yang hitam diusir. kepulauan ini semakin
kacau. sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karna dirusak
sangkarnya, seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi… ada yang menghentikan, yang menghentikan
adalah orang seberang. lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang
biasa. tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang
putri pulau dewata. karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah
dianiaya! semenjak itu berganti lagi jaman, ganti jaman ganti cerita! kapan?
tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet
yang terang benderang. dibekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. nEGARA DI DALAM
NEGARA DAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar